Novel : Siti Nurbaya karya Marah Rusli

Karya Marah Rusli
Roman Angkatan Balai Pustaka
Penerima hadiah tahunan pemerintahan RI tahun 1969
Siti Nurbaya adalah anak Baginda
Sulaiman ,seorang saudagar kaya,sedangkan Samsul Bahri anak Penghulu Sutan
Mahmud. Mereka sudah akrab sejak kecil karena sama-sama orang Padang yang
tinggal beretangga. Setelah dewasa ,mereka saling jatuh cinta sehingga
sama-sama sepi dan rndu ketika harus berpisah karena Samsul Bahri melanjutkan
sekolah ke Jakarta.
Melihat keberhasilan Baginda Sulaiman,Datuk Maringgih merasa iri lalu menyuruh anak buahnya untuk menghancurkan harta kekayaan Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman jatuh miskin sehingga tak mampu membayar hutangnya kepada datuk Maringgih.
Datuk Maringgih mengancam akan memenjarakan baginda sulaiman kalau tak membayar hutang. Atau sebagai gantinyaharus menyerahkan siti Nurbaya untuk diperistri. Demi keselamatan orang tuanya,Siti Nurbaya mau menjadi istri Datuk Maringgih. Hal ini diberitahukan kepada samsul Bahri sehingga ia pun sangat marah kepada Datuk Maringgih.
Pada suatu liburan ,Samsul Bahri pulang dan menemui Siti Nurbaya. Pertemuan ini diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga menimbulkan keributan yang menyebabkan Baginda Sulaiman yang sedang sakit,jatuh dan meninggal. Siti Nurbaya diusir lalu tinggal di rumah bibinya. Samsul bahri juga diusir oleh ayahnya karena dianggap tidak senonoh. Samsul Bahri lari ke Jakarta.
Siti nurbaya henak menyusul kekasihnya dengan naik kapal. Hal ini diketahui oleh Datuk Maringgih,maka ia pun menyuruh anak buahnya untuk membunuh Siyi Nurbaya. Usaha ini gagal. Datuk Maringgih mengirim fitnah ke pelabuhan mengatakan bahwa siti Nurbaya mencuri,sehingga Siti Nurbaya ditangkap dan dipulangkan untuk diadili. Siti Nurbaya dinyatakan tidak bersalah,ia bebas. Datuk Maringgih tidak puas. Ia menyuruh seseorang untuk menjual lemang beracun kepada Siti Nurbaya. Siti Nurbaya meninggal karena lemang beracun itu. Bibinya sangat sedih dan meninggal.
Di Jakarta Samsul Bahri frustasi dan mencoba bunuh diri namun tak berhasil. Sepuluh tahun kemudian ia masuk tentara Belanda untuk mencari kematian dan namanya ia ganti mejadi Letnan Mas.
Letnan Mas dikirim ke Padang untuk menumpas pemberontakan anti pajak yang dipimpin Datuk Maringgih. Letnan Mas berhasil membunuh Datuk Maringgih,namun Datuk Maringgih sempat menebas pedangnya ke kepala Letnan Mas. Letnan Mas dirawat di rumah sakit. Sebelum meninggal,kepada Sutan Mahmud ia sempat minta maaf dan minta dikuburkan di samping Siti Nurbaya. Atas kematian Letnan Mas,yang tidak lain adalah anaknya,Samsul Bahri,Sutan Mahmud sangat menderita sampai akhirnya meninggal. Kono di Bukit Padang terdapat kuburan mereka berderet,Baginda Sulaiman,Siti Nurbaya,Samsul Bahri,Sutan Mahmud.
Melihat keberhasilan Baginda Sulaiman,Datuk Maringgih merasa iri lalu menyuruh anak buahnya untuk menghancurkan harta kekayaan Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman jatuh miskin sehingga tak mampu membayar hutangnya kepada datuk Maringgih.
Datuk Maringgih mengancam akan memenjarakan baginda sulaiman kalau tak membayar hutang. Atau sebagai gantinyaharus menyerahkan siti Nurbaya untuk diperistri. Demi keselamatan orang tuanya,Siti Nurbaya mau menjadi istri Datuk Maringgih. Hal ini diberitahukan kepada samsul Bahri sehingga ia pun sangat marah kepada Datuk Maringgih.
Pada suatu liburan ,Samsul Bahri pulang dan menemui Siti Nurbaya. Pertemuan ini diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga menimbulkan keributan yang menyebabkan Baginda Sulaiman yang sedang sakit,jatuh dan meninggal. Siti Nurbaya diusir lalu tinggal di rumah bibinya. Samsul bahri juga diusir oleh ayahnya karena dianggap tidak senonoh. Samsul Bahri lari ke Jakarta.
Siti nurbaya henak menyusul kekasihnya dengan naik kapal. Hal ini diketahui oleh Datuk Maringgih,maka ia pun menyuruh anak buahnya untuk membunuh Siyi Nurbaya. Usaha ini gagal. Datuk Maringgih mengirim fitnah ke pelabuhan mengatakan bahwa siti Nurbaya mencuri,sehingga Siti Nurbaya ditangkap dan dipulangkan untuk diadili. Siti Nurbaya dinyatakan tidak bersalah,ia bebas. Datuk Maringgih tidak puas. Ia menyuruh seseorang untuk menjual lemang beracun kepada Siti Nurbaya. Siti Nurbaya meninggal karena lemang beracun itu. Bibinya sangat sedih dan meninggal.
Di Jakarta Samsul Bahri frustasi dan mencoba bunuh diri namun tak berhasil. Sepuluh tahun kemudian ia masuk tentara Belanda untuk mencari kematian dan namanya ia ganti mejadi Letnan Mas.
Letnan Mas dikirim ke Padang untuk menumpas pemberontakan anti pajak yang dipimpin Datuk Maringgih. Letnan Mas berhasil membunuh Datuk Maringgih,namun Datuk Maringgih sempat menebas pedangnya ke kepala Letnan Mas. Letnan Mas dirawat di rumah sakit. Sebelum meninggal,kepada Sutan Mahmud ia sempat minta maaf dan minta dikuburkan di samping Siti Nurbaya. Atas kematian Letnan Mas,yang tidak lain adalah anaknya,Samsul Bahri,Sutan Mahmud sangat menderita sampai akhirnya meninggal. Kono di Bukit Padang terdapat kuburan mereka berderet,Baginda Sulaiman,Siti Nurbaya,Samsul Bahri,Sutan Mahmud.
SINOPSIS SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI (1922)
Selain karena hubungan kedua orang tua mereka amat akrab, Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri adalah kawan sepermainan bertetangga yang bersekolah di sebuah sekolah yang sama. Berangkat dan pulang bersama, mereka selalu siantar oleh kusir Ali, pembantu Nurbaya yang setia dengan sado milik Nurbaya.
Ayah Nurbaya adalah saudagar kaya di daerah Padang, bernama Baginda Sulaiman. Ayah Samsul Bahri adalah seorang bangsawan yang menduduki jabatan sebagai penghulu di daerah Padang, bernama Sutan Mahmud Sjah. Selain itu, di Padang tinggallah seorang saudagar lain bernama Datuk Maringgih. Sifatnya amat licik, kekayan yang diperolehnya dengan cara tidak benar.
Untuk melanjutkan sekolahnya ke Jakarta, ayah Samsul Bahri terpaksa meminjam uang sebesar tigaribu rupiah pada Datuk Maringgih. Tindakan Sutan Mahmud hendak menyekolahkan Samsul Bahri ke Jakarta tidak dapat diterima oleh kakak perempuannya bernama Putri Rubiah karena menurut adat Sutan Mahmud justru harus menanggung kehidupan kemenakannya yang bernama Rukiah, dan bukan anaknya sendiri yang bernama Samsul Bahri.
Persahabatan Samsul Bahri dengan Siti Nurbaya kemudian berkembang menjadi hubungan cinta. Sewaktu mereka pergi bertamasya bersama Bachtiar dan Arifin ke Gunung Padang, Samsul Bahri menyatakan perasaannya serta bercerita tentang mimpinya jatuh dari sebuah menara bersama Siti Nurbaya setelah mereka melihat Datuk Maringgih.
Samsul tergolong murid yang pandai. Sementara itu sepeninggal Samsul kekasihnya, Siti Nurbaya amat kesepian. Kehidupan Siti Nurbaya berubah pada saat usaha ayahnya mengalami kebangkrutan karena tindakan licik Datuk Maringgih. Datuk Maringgih bersama Pendekar Lima membakar gudang-gudang, toko-toko, serta menenggelamkan perahu-perahu dagang Baginda Sulaiman, bahkan seluruh kebun kelapa milik saudagar saingannya itu. Dengan demikian suatu ketika, Baginda Sulaiman membutuhkan pinjaman uang untuk meneruskan usahanya dan berjanji akan mengembalikannnya dalam jangka tiga bulan. Karena tidak dapat mengembalikan pada waktu ynag telah dijanjijkan, Datuk Maringgih menagkap Baginda Sulaiman untuk di penjara. Ia pun melepaskan Baginda Sulaiman asal Nurbaya diserahkan padanya untuk diperistri.
Keadaan itulah yang menyebabbkan Nurbaya terpaksa menerima syarat yang diajukan Datuk Maringgih untuk memperistrinya. Ia menerima Datuk Maringgih karean perasaan kasihan pada ayahnya.
Surat Nurbaya yang diterima Samsul Bahri di Jakarta itu amat membuat persaan Samsul Bahri terpukul dan terhina. Pada suatu liburan lebaran, Samsul Bahri pulang ke Padang hendak menjenguk orang tuanya kebetulan Nurbaya pun sedang menjenguk ayahnya. Pertemuan itu kembali membuat dua insane ingat kembali cinta mereka yang masih membara. Ketika mereka sedang bercakap-cakap, datanglah Datuk Maringgih ke rumah mertuanya bersama tukang-tukang pukulnya. Terjadilah perkelahian antar Samsul Bahri dan Datuk Maringgih karean Datuk Maringgih telah berbuat senonoh pada Nurbaya.
Ayah Nurbaya mendengar keributan itu terkejut dan terguling-guling jatuh dari tangga menemui ajalnya.
Peristiwa itu membuat Sutan Mahmud amat marah pada Samsul Bahri karena Samsul telah membuat aib orang tuanya serta dianggap telah menggangu istri orang. Oleh karena itu Sutan Mahmud akhirnya mengusir Samsul Bahri dari Padang dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai anak. Sejak itu pulalah Nurbaya tidak mau tinggal serumah bersama Datuk Maringgih dan menumpang di rumah familinya.
Samsul Bahri akhirnya melarikan diri ke Jakarta. Suatu ketika dengan sembunyi-sembunyi Nurbaya menyusul ke Jakarta diantar kusir Ali. Karena tipu muslihat Datuk Mairnggih, Nurbaya terpaksa kembali ke Padang karena dituduh melarikan barang-barang milik Datuk Maringgih. Setelah diadili ternyata Nurbaya tidak terbukti bersalah sehingga ia bebas dari tuntutan. Namun Datuk Maringgih tidak puas dengan keadaan Nurbaya. Dengan mengupah orang suruhannya ia meracuni Nurbaya dengan kue lemang. Ibu Samsul Bahri akhirnya sakit dan meninggal karena kematian Nurbaya.
Samsul Bahri mencoba bunuh diri di Jakarta, atas tindakan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan dari kematian.
Sepuluh tahun kemudian Samsul Bahri telah menjadi Letnan Mas dan tinggal di Cimahi, Bandung. Ia mendapat tugas untuk memadamkan di daerah Padang karena perkara belasting (pajak). Dimulailah perlawanan memadamkan pemberontakan yang di antaranya dipimpin oleh Datuk Maringgioh yang membangkang tidak membayar pajak pada Belanda. Dalam pertempuran yang seru akhirnya Samsul Bahri dapat membinasakan Datuk Maringgih. Akan tetapi iapun terluka parah dan meninggal di Padang. Begitu Sutan Mahmud tahu bahwa Letnan Mas adlah Samsul Bahri anaknya, ia pun meninggal dunia ( Sumardjo, 1992:62-64).
Sinopsis Novel "Salah
Asuhan" Karya Abdul Muis Senin, 10 Oktober 2011 Hanafi adalah seorang amak
pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda, yang suaminya
sudah meninggal semenjak hanafi masih kecil. Ibu hanafi sangat menyayanginya. Meskipun
sudah menjanda, ibunya berkeinginan untuk memandaikan anaknya. Ibunya mengirim
Hanafi ke Betawi untuk bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras untuk
selalu memenuhi segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi
dititipkan kepada keluarga Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas daro
orang-orang Belanda. Setelah lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga tidak
lepas dari orang-orang Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB sebagai asisten
residen di Solok. Meskipun Hanafi seorang pribumi asli, tingkah lakunya serta
gaya hidupnya sudah berubah menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah
lakunya melebihi orang Belanda asli. Selama ia bergaul dengan orang-orang eropa
dan setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi dekat dengan gadis eropa yang bernama
Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan Corrie memanglah sangat dekat, hubungan
keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka sering jalan-jalan berdua, main
tenis bahkan duduk-duduk sambil menikmati segelas teh pun juga berdua. Karena
hubungan mereka sangat amat dekat, maka Hanafi pun menganggap pertemanan itu
dianggap lain. Hanafi sayang kepada Corrie, namun perasaan itu bukan sekedar
hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai
pacar. Setiap hari Hanafi selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar
saja. Sikap Corrie kepada Hanaffi juga masih nampak seperti biasanya. Hingga
akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada
Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya, Corrie tidak langsung
memberi jawaban kepada Hanafi, melainkan segera berpamitan pulang dengan alasan
yang tidak jelas. Keesokan harinya, Corrie pergi meninggalkan Solok menuju
Betawi. Maka dikirimkan surat kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus
mengenai pernyataan Hanafi pada tempo hari. Corrie merasa sangat tidak mungkin
menerima Hanafi, karena perbedaan budaya antara bangsa melayu dengan bangsa
eropa. Selain itu Corrie juga ditentang oleh ayahnya jika menikah dengan orang
melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi jatuh sakit selama beberapa hari.
Selama dia sakit, Hanafi hanya dirawat oleh ibunya, dan selama itu pula Hanafi
sering mendapat nasihat dari ibunya. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi agar
menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena pada saat Hanafi bersekolah
di HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan Hanafi. Mendengar bujukan Ibunya,
Hanafi sangat amat marah, karena Hanafi sungguh tidak mengetahui siapakah
Rapiah itu dan Hanafi hanya suka kepada Corrie, yang telah menolak cintanya.
Maka Ibu Hanafi menjelaskan bahwa Rapiah adalah anak mamak, Sultan Batuah.
Perjodohan itu dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan Batuah.
Setelah mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan itu,
meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan Hanafi dan
Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei.
Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta itu membuat rumah tangga
mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi selalu memaki-maki istrinya
karena hal yang sepele. Namun Rapiah hanya diam dan tidak pernah melawan semua
perlakuan suaminya. Hal itulah yang membuat Ibu Hanafi kagum kepada Rapiah,
hingga suatu hari Hanafi murka kepada Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya menyumpahi
Hanafi. Tiba-tiba anjing gila mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus
berobat ke Betawi. Sampai di Betawi Hanafi bertabrakan dengan seorang gadis
eropa, yang tidak lain adalah Corrie. Dengan amat senang mereka berdua
menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berdua menggunakan sepeda angin. Sudah
satu minggu Hanafi meninggalkan Solok, setelah itu Hanafi mencari kerja di
Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji awal cukup kecil, namun hanafi sangat
senang. Karena dia dapat bertemu dengan Corrie setiap hari. Hanafi berusaha
keras untuk mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan
menjadi Eropa. Setelah itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk menerima ajakan
pertunangannya. Karena rasa ibanya kepada Hanafi, Corrie terpaksa menermanya.
Meskipun Corrie harus menerima resiko, yaitu dijauhi oleh teman-teman eropanya,
Pesta pertunangan mereka dilakukan dikediaman rumah teman Belandanya, namun
tuan rumah nampak tidak begitu suka dengan pertunangan itu. Karena dia tidak
suka bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang. Meskipun Rapiah dan
Ibunya tahu jika Hanafi akan menikah Corrie, namun Rapiah tetap menunggu
kedatangan Hanafi. Karena Ibu Hanafi sangat sayang kepada Rapiah, bahkan
sayangnya melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan Corrie sudah
menjadi suami istri, maka tinggalah mereka dalam satu rumah. Namun seiring
berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi dan Corrie sudah tidak tentram lagi.
Karena sifat Hanafi yang keterlaluan, sampai menuduh Corrie berzina dengan orang
lain. Karena kehidupannya yang dalam kondisi tidak jelas, Bangsa Eropa maupun
Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena keangkuhan dan
kesombongannya. Pada akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk menghindari
Hanafi. Namun pada suatu hari, Hanafi menerima surat yang memberi tahukan bahwa
Corrie berada di Semarang. Setelah beberapa hari, Hanafi nekat pergi ke
Semarang untuk mencari Corrie dirumah seorang pengusaha anak-anak yatim. Namun
sampai disana justru berita buruk yang diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk
rumah sakit karena sakit keras, yaitu kolera. Hingga akhirnya nyawa Corrie
ridak dapat ditolong lagi. Setelah kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok
untuk menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia jatuh
sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi terus muntah
darah dan akhrinya merenggut nyawanya.
Azab dan Sengasara karya Merari
Siregar ini merupakn salah satu roman karya sastrawan Angkatan '20 atau
Angkatan Balai Pustaka dan merupakan roman yg pertama kali diterbitkan pd tahun
1920.
Di kota Siporok, hidup seorang bangsawan kaya raya yg memiliki seorang anak laki-laki dan seorang perempuan (yg perempuan tdk dijelaskan lbh lanjut oleh pengarangnya). Anaknya yg laki2 bernama Sutan Baringin. Dia sangat dimanja oleh ibunya. Segala kehendaknya selalu dituruti dan segala kesalahannya pun selalu dibela ibunya. Akibatnya, setelah dewasa, Baringin tumbuh menjadi seorang pemuda yg angkuh, berperangai jelek, serta suka berfoya-foya.
Oleh kedua orangtuanya, Sutan Baringin dinikahkan dengan Nuria, seorang perempuan baik-baik pilihan ibunya. Walaupun telah berkeluarga, Sutan Baringin masih tetap suka berfoya-foya menghabiskan harta benda kedua orangtuanya. Dia berjudi dg Marah Said, seorang prokol bambu sahabat karibnya. Sewaktu ayahnya meninggal, sifat Sutan Baringin semakin menjadi, maskin suka berfoya-foya menghabiskan harta warisan orangtuanya. Akhirnya, dia bangkrut dan utangnya sangat banyak.
Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak. Yang satu perempuan bernama Mariamin, sedangkan yg satunya lagi laki-laki (yg laki2 tidak diceritakan pengarang). Akibat tingkah laku ayahnya, Mariamin selalu dihina oleh warga kampungnya akibat kemiskinan orangtuanya. Cinta kasih perempuan yg berbudi luhur ini dengan pemuda bernama Aminuddin terhalang oleh dinding kemiskinan orangtuanya.
Aminuddin adalah anak Bagianda Diatas, yaitu seorang bangsawan kaya-raya yg sangat disegani di daerah Siporok. Sebenarnya Baginda Diatas masih mempunyai hubungan sepupu dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin. Ayah Baginda keduanya adalah kakak beradik.
Sejak kecil, Aminuddin bersahabat dg Mariamin. Setelah keduanya beranjak dewasa, mereka saling jatuh hati. Aminuddin sangat mencintai Mariamin. Dia berjanji untuk melamar Mariamin bila dia telah mendapatkan pekerjaan. Keadaan Mariamin yg miskin tidak menjadi masalah bagi Aminuddin.
Aminuddin memberitahukan niatnya utk menikahi Mariamin kepada kedua orangtuanya. Ibunya tidak merasa keberatan dengan niat tersebut. Dia benar2 mengenal pula keluarganya. Keluarga Mariamin masih keluarga mereka juga sebab ayah Baginda Diatas, suami ibu Aminuddin, dengan Sutan Baringin, ayah Mariamin, adalah kakak beradik. Selain itu, dia juga merasa iba terhadap keluarga Mariamin yg miskin. Bila menikah dg anaknya, dia mengharapkan agar keadaan ekonomi Mariamin bisa terangkat lagi.
Ayah Aminuddin, Baginda Diatas, tidak setuju dg niat anaknya menikahi Mariamin. Jika pernikahan itu terjadi, dia merasa malu sebab dia merupakan keluarga terpandang dan kaya-raya, sedangkan keluarga Mariamin hanya keluarga miskin. Namun, ketidaksetujuannya tsb tidak diperlihatkan kepada istri dan anaknya.
Dengan cara halus, Baginda Diatas berusaha menggagalkan pernikahan anaknya. Salah satu usahanya adalah mengajak istrinya menemui seorang peramal. Sebelumnya dia telah menitipkan pesan kepada peramal agar memberikan jawaban yg merugikan pihak Mariamin. Jelasnya, sang peramal memberikan jawaban bahwa Aminuddin tidak akan beruntung jika menikah dg Mariamin.
Setelah mendengar jawaban dr peramal tersebut, ibu Aminuddin tdk bs berbuat banyak. Dg terpaksa, dia menuruti kehendak suaminya utk menvarikan jodoh yg sesuai utk Aminuddin. Mereka langsung melamar seorang perempuan dari keluarga berada. Oleh karena Aminuddin sedang berada di Medan, mencari pekerjaan, Baginda Diatas mengirim telegram yg isinya meminta Aminuddin menjemput calon istri dan keluarganya di stasiun kereta api Medan.
Menerima telegram tsb, Aminuddin mersasa sangat gembira. Dlm hatinya telah terbayang wajah Mariamin. Ia mengira bahwa calon istri yg akan dia jemput adalah Mariamin. Namun setelah mengetahui bahwa calon istrinya itu bukanlah Mariamin, hatinya menjadi hancur. Tapi sebagai anak yg berbakti terhadap orangtuanya, dengan terpaksa ia menikahi perempuan pilihan orangtuanya itu. Aminuddin segera memberitahukan kenyataan itu kepada Mariamin.
Mendengar berita itu, Mariamin sangat sedih dan menderita. Dia langsung pingsan tak sadarkan diri. Tak lama kemudian, dia pun jatuh sakit. Stahun setelah kejadian itu, Mariamindan ibunya terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang kerani di Medan. Pada waktu itu, Kasibun mengaku belum mempunyai istri. Mariamin pun akhirnya diboyong ke Medan.
Sesampainya di Medan, terbuktilah siapa sebenarnya Kasibun. Dia hanyalah seorang lelaki hidung belang. Sebelum menikah dg Mariamin, dia telah mempunyai istri, yg dia ceraikan karena hendak menikah dg Mariamin. Hati Mariamin sangat terpukul mengetahui kenyataan itu. Namun, sebagai istri yg taat beragama, walaupun dia membenci dan tidak mencintai suaminya, dia tetap berbakti kepada suaminya.
Perlakuan kasar Kasibun terhadap Mariamin semakin menjadi setelah Aminuddin mengunjungi rumah mereka. Dia sangat cemburu pada Aminuddin. Menurutnya, penyambutan istrinya terhadap Aminuddin sangat di luar batas. Padahal, Mariamin menyambut Aminuddin dg cara yg wajar. Namun, karena cemburunya yg sangat berlebihan, Kasibun menganggap Mariamin telah memperlakukan Aminuddin secara berlebih-lebihan. Akibatnya, dia terus-menerus menyiksa Mariamin. (Mencintai kok menyiksa, ya?)
Perlakuan Kasibun yg kasar kepadanya, membuat Mariamin hilang kesabaran. Dia tidak tahan lagi hidup menderita serta disiksa setiap hari. Akhirnya, dia melaporkan perbuatan suaminya kepada kepolisian Medan. Dia langsung meminta cerai. Permintaan cerainya dikabulkan oleh pengadilan agama di Padang.
Setelah resmi bercerai dg Kasibun, dia kembali ke kampung halamnannya dengan penuh kehancuran. Hancurlah jiwa dan raganya. Kesengsaraan dan penderitaan secara batin maupun fisiknya terus mendera dirinya dari kecil hingga dia meninggal dunia. Sungguh tragis nasibnya.
Tuti dan Maria adalah
kakak beradik, anak dari Raden Wiriatmadja mantan Wedana daerah Banten.
Sementara itu ibu mereka telah meninggal. Meskipun mereka adik-kakak, mereka
memiliki watak yang sangat berbeda. Tuti si sulung adalah seorang gadis yang
pendiam, tegap, kukuh pendiriannya, jarang sekali memuji, dan aktif dalam
organisasi-organisasi wanita. Sementara Maria adalah gadis yang periang,
lincah, dan mudah kagum.
Diceritakan pada hari Minggu Tuti
dan Maria pergi ke akuarium di pasar ikan. Di tempat itu mereka bertemu dengan
seorang pemuda yang tinggi badannya dan berkulit bersih, berpakaian putih
berdasi kupu-kupu, dan memakai kopiah beledu hitam. Mereka bertemu ketika
hendak mengambil sepeda dan meninggalkan pasar, pada saat itu pula mereka
berbincang-bincang dan berkenalan. Nama pemuda itu adalah Yusuf, dia adalah
seorang mahasiswa sekolah tinggi kedokteran. Sementara Maria adalah murid H.B.S Corpentier Alting Stichting dan
Tuti adalah seorang guru di sekolah H.I.S
Arjuna di Petojo. Mereka berbincang samapai di depan rumah Tuti dan Maria.
Yusuf adalah putra dari Demang Munaf
di Matapura, Sumatra Selatan. Semenjak pertemuan itu Yusuf selalu
terbayang-bayang kedua gadis yang ia temui di akuarium., terutama Maria. Yusuf
telah jatuh cinta kepada Maria sejak pertama kali bertemu, bahkan dia berharap
untuk bisa bertemu lagi dengannya. Tidak disangka oleh Yusuf, keesokan harinya
dia bertemu lagi di depan hotel Des Indes.
Semenjak pertemuan keduanya itu, Yusuf
mulai sering menjemput Maria untuk berangkat sekolah serta dia juga sudah mulai
berani berkunjung ke rumah Maria. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat
hubungan kedua remaja itu tampak bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibukan oleh
kegiatan-kegiatan nya dalam kongres Putri Sedar yang diadakan di Jakarta, dia
sempat berpidato yang isinya membicarakan tentang emansipasi wanita. Tuti
dikenal sebagai seorang pendekar yang pandai meimilih kata, dapat membuat
setiap orang yang mendengarnya tertarik dan terhanyut.
Sesudah ujian doctoral pertama dan kedua berturut-turut selesai, Yusuf pulang ke
rumah orang tuanya di Martapura, Sumatra Selatan. Selama berlibur Yusuf dan Maria saling mengirim
surat, dalam surat tersebut Maria mengatakan kalau dia dan Tuti telah pindah ke
Bandung. Kegiatan surat menyurat tersebut membuat Yusuf semakin merindukan
Maria. Sehingga pada akhirnya Yusuf memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta
dan ke Bandung untuk mengunjungi Maria. Kedatangan Yusuf disambut hangat oleh
Maria dan Tuti. Setelah itu Yusuf mengajak Maria berjalan-jalan ke air terjun
Dago, tetapi Tuti tidak dapat meninggalkan kesibukannya. Di tempat itu Yusuf
menyatakan perasaan cintanya kepada Maria.
“Maria,
Maria, tahukah engkau saya cinta kepadamu?”
“Lama
benar engkau menyuruh saya menanti katamu…”
Setelah kejadian itu, kelakuan Maria
berubah. Percakapannya selalu tentang Yusuf saja, ingatannya sering tidak
menentu, dan sering melamun. Sehingga Rukamah sering mengganggunya. Sementara
hari-hari Maria penuh kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banya
membaca buku. Sebenarnya pikiran Tuti terganggu oleh keinginannya untuk
merasakan kemesraan cinta. Melihat kemesraan Maria dan Yusuf, Tuti pun ingin
mengalaminya. Tetapi Tuti juga memiliki ke khawatiran terhadap hubungan Maria dan Yusuf. Kemudian Tuti
menasehati Maria agar jangan sampai diperbudak oleh cinta. Nasihat tulus Tuti
justru memicu pertengkaran diantara mereka dan memberikan pukulan keras
terhadap Tuti.
“Engkau
rupanya tiada dapat diajak berbicara lagi,”kata Tuti amarah pula, mendengar
jawaban adiknya yang tidak mengindahkan nasihatnya, “Sejak engkau cinta kepada
Yusuf, rupanya otakmu sudah hilang sama sekali. Engkau tidak dapat menimbang
buruk-baiknya lagi. Sudahlah! Apa gunanya memberi nasihat orang serupa ini?”
“Biarlah
saya katamu tidak berotak lagi. Saya cinta kepadanya, ia cinta kepada saya.
Saya percaya kepadanya dan saya hendak menyerahkan seluruh nasib saya
ditangannya, biarlah bagaimana dibuatnya. Demikian kata hati saya. Saya tidak
meminta dan tida perlu nasihatmu. Cinta engkau barangkali cinta perdagangan,
baik dan buruk ditimbang sampai semiligram, tidak hendak rugi barang sedikit.
Patutlah pertunanganmu dengan Hambali dahulu putus!”
“Tutup
mulutmu yang lancing itu, nanti saya remas.”
Dari kejadian itu, Tuti sama sekali
tidak berbicara dengan Maria, juga dia merasa sendiri dan sepi dalam
kehidupannya.
Ketika Maria mendadak terkena
penyakit malaria dan TBC, Tuti pun kembali memperhatikan Maria, Tuti menjaganya
dengan sabar. Pada saat itu juga adik Supomo datang atas perintah Supomo untuk
meminta jawaban pernyataan cintanya kepada Tuti. Sebenarnya Tuti sudah ingin
memiliki seorang kekasih, tetapi Supomo dipandangnya bukan pria idaman yang
diinginkan Tuti. Maka dengan segera Tuti menulis surat penolakan.
Sementara itu, keadaan Maria semakin
hari makin bertambah parah. Kemudian ayahnya, Tuti, dan Yusuf memutuskan untuk
merawatnya di rumah sakit. Dokter yang merawatnya menyarankanagar Maria dibawa
ke rumah sakit khusus penderita penyakit TBC wanita di Pacet, Sindanglaya Jawa
Barat. Perawatan Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya
tidak juga mengalami perubahan, yang terjadi adalah kondisi Maria semakin
lemah.
Pada suatu kesempatan, Tuti dan
Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah Tuti mulai
terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang
melewati hari-harinya dengan bercocok tanam, ternyata juga mampu membimbing
masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan
tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa
kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota
atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia
lakukan. Tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat
dilakukan.
Semakin hari hubungan Yusuf dan tuti
semakin akrab, sementara itu kondisi kesehatan Maria justru semakin
mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun sudah tidak dapat berbuat lebih
banyak lagi. Pada saat kritis Maria mengatakan sesuatu sebelum ia menginggal.
“Badan
saya tidak kuat lagi, entah apa sebabnya. Tak lama lagi saya hidup di dunia
ini. Lain-lain rasanya… alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti,
kalau saya tahu, kalau kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan
seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya
yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku
masing-masing mencari peruntungan pada orang lain.” Demikianlah pesan
terakhir almarhum Maria.
Setelah beberapa lama kemudian,
sesuai dengan pesan terakhir Maria, Yusuf dan Tuti menikah dan bahagia
selama-lamanya.
TAMAT
AMANAT:
- Meski kini Emansipasi wanita sudah tidak asing lagi dan derajat wanita telah terangkat, kaum wanita juga harus menjalankan tugas alaminya sebagai wanita.
2. Jangan
mudah berputus asa.
3. Terus berjuang untuk mempertahankan
dan menggapai cita-cita.
4. Manusia boleh berencana tapi
tuhanlah yang menentukan atau memutuskan.
Haji Sahak
melakukan perjalanan yang cukup jauh dari Pagar Alam ke Palembang, Haji Sahak
adalah seorang pedagang yang sangat kaya. Kepergiannya ke Palembang adalah
hendak berdagang bersama isteri dan anak perawannya yang bernama Sayu, akan
tetapi saat ditengah perjalanan mereka terhenti karena dicegat oleh sekawanan
perampok yang pemimpinnya bernama Medasing. Perlawanan Haji Sahak sia-sia dan
akhirnya Haji Sahak dan isterinya meninggal dibunuh kawanan perampok itu,
tetapi anaknya tidak dibunuh melainkan dibawa ke sarang mereka, tempat
persembunyian kawanan perampok yang dipimpin oleh Medasing.
Anak buah Medasing
yang bernama Samad mendatangi Medasing hendak meminta bagian hasil merampok,
ternyata diam-diam Samad merencankan sesuatu diluar pengetahuan Medasing. Samad
hendak membawa kabur Sayu, karena ternyata Samad jatuh cinta pada Sayu. Akan
tetapi saat Samad mengajak Sayu kabur, Sayu menolaknya secara tegas. Ternyata
selama ini penyebab kegagalan kawanan Medasing merampok bukan lain karena
perilaku Samad. Kini tinggal Sayu seorang diri di sarang penyamun.
Tiba-tiba Medasing
datang dengan luka parah disekujur tubuhnya, anak bauahnya yang bernama Sanip
tewas saat hendak merampok. Kini hanya tinggal Sayu dan Medasing yang berada di
sarang, Sayu kebingungan saat melihat Medasing terluka parah. Dia hendak
menolong akan tetapi perasaan takut membayangi fikirannya karena Medasing
membunuh orang tuanya. Karena tidak tega melihat keadaan Medasing yang parah
akhirnya Sayu memutuskan untuk mengobati Medasing. Sayu mengobati Medasing
hingga sembuh, hingga ketika Sayu berada disisi Medasing, Medasing menceritakan
kisah hidupnya pada Sayu. Medasing awalnya hanyalah orang baik-baik, akan
tetapi dia mengalami nasib yang buruk dan menjadi perampok.
Persediaan makanan didalam hutan semakin habis, Sayu dan Medasing memutuskan
untuk keluar hutan guna mencari makan. Sayu mengajak Medasing pergi ke kota
Pagar Alam. Sayu mengajaknya pergi kerumahnya, akan tetapi saat sampai dirumah
ternyata rumah Sayu sekarang sudah dibeli orang lain. Penghuni baru itu
menceritakan semuanya ke Sayu dan diberi alamat dimana ibunya sekarang tinggal.
Sayu sendiri tidak menyadari kalau ibunya masih hidup, Sayu mengira kalau
ibunya juga meninggal saat dirampok dahulu.
Sesaat setelah sampai dirumah, Sayu mendapati kalau ibunya sakit keras. Sayu
bahagia karena bisa bertemu ibunya, akan tetapi kebahagiaan itu tak lama
kemudian sirna karena ibunya meninggal. Kejadian ini menyadarkan Medasing kalau
selama ini dia sangat kejam dan merugikan orang, Medasing menyesali semua
perbuatannya dank arena bantuan Sayu sekarang Medasing berubah menjadi orang
yang baik. Hingga pada suatu hari Sayu dan Medasing memutuskan untuk hidup
bersama, mereka pergi ke tanah suci dan menjadi keluarga kecil yang bahagia.
Assalamu’alaikum Wr WbBuat teman-teman seangkatan saya dari SMA NEGERI 1 SEPUTIH RAMAN LAMPUNG TENGAH….
Semoga kita selalu diberi kesehatan oleh Alloh SWT…amin…..
semoga kita akan menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain dan diri kita sendiri………
aku disini memposting beberapa contoh teks PIDATO, ada yang tentang NARKOBA, Kenakalan remaja,….kesehatan lingkungan, tentang pendidikan di Indonesia….
tapi jika kurang pas yang di tambah sendiri……hehehehhe OK LAH KALO BEGITU….bagi yang suka ya di copy paste kan,,,,,yang gak suka ya terserah….
ni contohnya
__________________________________________________________
Kabar baik untuk Anda semua yang Anda butuhkan pinjaman untuk melunasi utang Anda, Anda perlu meminjam uang untuk meningkatkan komersialisasi organisasi Anda? Atau Anda ditolak kredit dari bank atau lembaga keuangan untuk satu atau lebih alasan, atau tidak? Anda perlu berbagi beban pinjaman atau hipotek? Anda memiliki lokasi yang tepat untuk utang Anda di sini! Emamllua pinjaman perusahaan pinjaman kepada orang-orang terkenal - dan terkenal.
BalasHapusManfaat yang rendah dan dapat diterima dari 2% tanpa colerteral.
Silahkan hubungi kami di E-mail kami hari ini jika Anda perlu meminjam Email urget: Emamllualoanfirm@gmail.com